Friday, February 04, 2011

Penerimaan Tanpa Syarat

ni adalah cerita seorang ibu yg akan menyelesaikan skripsinya.
This is really a good story....

Saya adalah ibu tiga orang anak (umur 14, 12, dan 3 tahun) dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.
Tugas terakhir yang diberikannya diberi nama "Tersenyum".
Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan tersenyum kepada tiga orang dan mendokumentasikan reaksi mereka.

Saya adalah seorang yang mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang dan mengatakan "hello", jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.
Segera setelah kami menerima tugas tsb, suami saya, anak bungsu saya, dan saya pergi ke restoran pada suatu pagi di bulan Maret yang sangat dingin dan kering.

Mengikuti barisan Ini adalah salah satu cara kami dalam antrian, menunggu untuk dilayani, ketika
mendadak setiap orang di sekitar kami mulai menyingkir, dan bahkan kemudian suami saya ikut menyingkir.

Saya tidak bergerak sama sekali... suatu perasaan panik menguasai diri saya ketika saya berbalik untuk melihat mengapa mereka semua menyingkir.
Ketika berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang sangat menyengat, dan berdiri di belakang saya dua orang lelaki tunawisma.

Ketika saya menunduk melihat laki-laki yang lebih pendek, yang dekat dengan saya, ia sedang "tersenyum".
Matanya yang biru langit indah penuh dengan cahaya Tuhan ketika ia minta untuk dapat diterima. Ia berkata "Good day"
sambil menghitung beberapa koin yang telah ia kumpulkan.
Lelaki yang kedua memainkan tangannya dengan gerakan aneh sambil berdiri di belakang temannya.

Saya menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental dan lelaki dengan mata biru itu adalah penolongnya.
Saya menahan haru ketika berdiri di sana bersama mereka.
Wanita muda di counter menanyai lelaki itu apa yang mereka inginkan.

Ia berkata; "Kopi saja, Nona"

karena hanya itulah yang mampu mereka beli.
(Jika mereka ingin duduk di dalam restoran
dan menghangatkan tubuh mereka, mereka harus membeli sesuatu. Ia hanya ingin menghangatkan badan).

Kemudian saya benar-benar merasakannya - desakan itu sedemikian kuat sehingga saya hampir saja merengkuh dan memeluk lelaki kecil bermata biru itu. Hal itu terjadi bersamaan dengan ketika saya
menyadari bahwa semua mata di restoran menatap saya, menilai semua tindakan saya.
Saya tersenyum dan berkata pada wanita di belakang counter untuk memberikan saya dua paket makan pagi lagi dalam nampan terpisah.

Kemudian saya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu sebagai tempat istirahatnya. Saya meletakkan nampan itu ke atas meja dan meletakkan tangan saya di atas tangan dingin lelaki bemata biru itu.

Ia melihat ke arah saya, dengan air mata berlinang, dan berkata

"Terima kasih."

Saya meluruskan badan dan mulai menepuk
tangannya dan berkata;

"Saya tidak melakukannya untukmu. Tuhan berada di sini bekerja melalui diriku untuk memberimu
harapan."

Saya mulai menangis ketika saya berjalan meninggalkannya dan bergabung dengan suami dan anak saya. Ketika saya duduk suami saya tersenyum kepada saya dan berkata;

"Itulah sebabnya mengapa Tuhan memberikan kamu kepadaku, Sayang. Untuk memberiku harapan."

(Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan pada saat itu kami tahu bahwa hanya karena Kasih Tuhan kami diberikan apa yang dapat kami berikan
untuk orang lain.)

Hari itu menunjukkan kepadaku cahaya kasih Tuhan yang murni dan indah. Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah, dengan cerita ini ditangan saya. Saya menyerahkan "proyek" saya dan dosen saya membacanya.

Kemudian ia melihat kepada saya dan berkata,

"Bolehkan saya membagikan ceritamu kepada yang lain?"

Saya mengangguk pelahan dan ia kemudian meminta perhatian dari kelas. Ia mulai membaca dan saat itu saya tahu bahwa kami, sebagai manusia dan bagian dari Tuhan, membagikan pengalaman ini untuk menyembuhkan dan untuk disembuhkan..
Dengan caraNya sendiri, Tuhan memakai kami untuk
menyentuh orang-orang yg ada restoran tersebut, suamiku, anakku, guruku, dan setiap jiwa yang menghadiri ruang kelas di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan satu
pelajaran terbesar yang pernah saya pelajari,yaitu:

"PENERIMAAN YANG TAK BERSYARAT."

Banyak cinta dan kasih sayang yang dikirimkan kepada setiap orang yang mungkin membaca cerita ini dan mempelajari bagaimana untuk MENCINTAI SESAMA DAN MEMANFAATKAN BENDA-BENDA BUKANNYA MENCINTAI BENDA DAN MEMANFAATKAN SESAMA..................

Selamat siang semuanya..

(Kiriman teman K2M)

Monday, March 27, 2006

Cinta, Cinta..!

Kadangkala aku merasa sudah tidak pantas lagi membicarakan 'liku-liku'-nya cinta. Toh, semua orang sudah tahu, semua orang sudah mengerti.
Sudah banyak sekali orang yang menterjemahkan cinta dengan apa yang di alaminya. Ada yang suka, ada yang merasa 'belum' atau tidak suka. Aku rasa, perkara cinta telah begitu banyak di bahas dan dibicarakan. Di cerpen-cerpen, novel-novel, bahkan cerita-cerita film yang mengangkat tentang cinta.
Namun, pada saat saya di tanya oleh seorang teman "menurut kamu, apa cinta itu tabu di bicarakan oleh seorang ayah, ibu atau orang tua kita, atau misalnya saya yang sudah berkeluarga?"
Aku jadi tersenyum... tersenyum lebar.
Apalagi dia melanjutkan pertanyaan itu, "bagaimana misalnya, seseorang yang kehilangan orang yang di cintainya - katakanlah karena orang yang dicintainya itu meninggal - apakah dia tidak boleh jatuh cinta lagi dan berbicara tentang cinta?"
Kembali aku tersenyum.. tersenyum lebar. :)
Ingin aku mengatakan bahwa itu kan kondisional, kan tidak terjadi pada semua orang. Tapi, aku hanya tersenyum. Karena ternyata, ada sesuatu yang terkadang tidak memerlukan jawaban. Mungkin termasuk pertanyaan temanku tadi.
Memang, si sisi lain, aku berpendapat pada saat kita tidak mau lagi (atau sebutan kita: tidak pantas lagi) membicarakan tentang cinta, sepertinya kita mencoba melepaskan sesuatu sifat yang hakiki dari dalam diri kita selaku manusia. Kaerna, cinta adalah sesuatu yang melekat pada jiwa, pada sukma kita. Dengan cinta, kita menjadi tegar. Dengan cinta kita menjadi bersemangat. Dengan cinta kita bisa saling berbagi. Dengan cinta kita bisa menjadi pemberani, begitupun dengan cinta kita bisa jadi takut, dan sebagainya. Banyak juga orang yang terpaksa 'menjadi' gila karena cinta. Ada pula yang harus berpisah dengan keluarga, 'katanya' juga karena cinta.
Cinta memang unik! Mungkin karena keunikannya, terkadang membuatku sulit untuk mengerti.
atau... mungkin memang, aku sudah tidak pantas lagi membicarakan cinta... :)


tuk temanku: kita semua sama, jangan anggap aku berbeda...

Friday, February 11, 2005

Kembalinya Sang Sahabat

Menemukan kembali teman lama yang hilang?
Dua hari yang lalu, Lang mengalaminya.
Ternyata sahabatku ini, mencoba menenangkan hati dan fikirannya yang (katanya) sempat 'terguncang' karena diguncang berbagai dilema dan persoalan. Terakhir, (dan ini yang membuatnya harus menghilang) karena dia TERPAKSA MEMUTUSKAN tali ASMARAnya dengan ORANG yang DICINTAINYA.
wah, wah.....!!!
Pengaruh CINTA memang luar biasa. Lang tidak menyangka, karena CINTA dia memutuskan MENGHILANG dari peredaran HANYA (?) untuk menenangkan hati dan fikiran AKIBAT CINTA. Luar Biasa!!
Umur dan usia saya, MEMANG (mungkin) BELUM cukup untuk menterjemahkan 'BEGITU RUMITNYA' persoalan cinta dan perasaan. Tapi, DAMPAK yang luar biasa seperti itu, MEMANG CUKUP MENJADI pertanyaan buat saya. Apalagi TEMAN saya ini menghilang bukan sehari dua hari saja, atau seminggu dua minggu, tapi HAMPIR SETAHUN!!!
Apakah memang begitu ya pengaruh cinta itu pada seorang manusia?
Lang hanya berharap, WAKTU yang cukup lama itu dapat membuatnya LEBIH TEGAR dan LEBIH SABAR, serta yang paling PENTING, bahwa SESUATU yang (menurut kita) PALING KITA CINTAI dan TERBAIK ITU, belum TENTU dia akan MENCINTAI KITA SEPENUH HATI dan memberikan sesuatu yang TERBAIK pula buat kita.
Jadi, cintailah seseorang dengan harapan akan juga 'mendapatkan' restu dari Yang Di Atas Sana! Kalaupun Tidak, tentu hal itu ADALAH YANG TERBAIK dariNya buat kita (Karena pasti, DIA akan memberikan yang terbaik untuk MENJADI PASANGAN KITA) ....


Buat seorang gadis di ujung Pulau Sulawesi Sana, cerita ini untukmu kawan...!

Sunday, February 06, 2005

Pagiku Kesiangan

Bukan!
bukan karena hatimu berbisik melantunkan lagu
tentang harimu yang terasa lebih indah
yang membuat tanya hadir di dada,
bukan!
Bukan pula karena kulihat keriangan wajahmu
yang tampak sumringah saat bercerita
tentang pekerjaanmu yang kau katakan 'lebih' bergairah
yang membuat hatiku gelisah
bukan!
Bukan pula karena sering ku dengar dari ibumu
bahwa engkau 'sedang' tidak di rumah
bila aku meleponmu
yang membuat hatiku menjadi gundah,
bukan!
Bukan pula karena kudengar suara berbisik-bisik
saat aku meneleponmu,
dan kau katakan 'engkau sedang' sibuk dengan pekerjaanmu
yang membuat hatiku semakin bertanya-tanya
bukan!
Tetapi,
mengapa engkau mulai tidak jujur padaku
itu yang membuatku kecewa...

bila hatimu mendua, itu sudah biasa. tapi tolong, jangan jawab kata-kataku dengan dusta.

Thursday, February 03, 2005

Matahari Tertimpa Rembulan

Andai saja,
lima tahun lalu aku tidak berada di sana
andai saja,
lima tahun lalu kita tidak bekerja bersama
andai saja,
empat tahun yang lalu tidak pergi bersama
andai saja,
empat tahun yang lalu engkau tidak mengatakan suka
andai saja,
tiga tahun lalu kita tidak semakin sering bersama
andai saja,
dua tahun yang lalu kita tidak berjanji untuk hidup bersama
andai saja,
setahun yang lalu kita tidak merencanakan hari bahagia...

Andai saja,
setengah tahun yang lalu semua tidak terasa 'hambar' (bagimu?)
Andai saja,
sebulan yang lalu engkau tidak pergi bersama dia
andai saja,
seminggu yang lalu engkau tidak memintaku melepaskanmu...
Andai saja,
Hari ini aku tidak sendiri
andai saja....

4so's: matahari dan rembulan, berkejaran...
ingin berpelukan,
tiada berkesudahan...
adakah engkau dalam kegalauan?
sang ilalang hanya diam, dalam seribu kebisuan
tiada jawaban

Tuesday, January 18, 2005

Lamunan Malam

Di antar suara jangkerik berdenyit,
Kau peluk aku.
Aku tak tahu
sejak bertemu tadi
kurasakan engkau begitu jalang
kau lepaskan pembalut tubuhku
satu persatu
lidahmu menyusur lekuk-lekuk kulit ariku
leherku, dadaku, tanganku
aku menggelinjang
geli dan gelisah.

Perempuanku,
aku melenguh berburu dengan nafasku
aku mendesah
aku gelisah
berbaur dengan keringat yang mengucur
di tubuhmu, di tubuhku,
aku hanya mendesah
saat kau menindihku.

saat lamunan liar menjelma diantara desau angin malam ;P